news

Lahir, Gerakan Retorika Sampah Pertajam Program Penanggulangan Sampah Pesisir

penulis: Admin | 18 February 2020 08:29 WIB
editor:


Suasana pertemuan perdana gerakan sosial Retorika Sampah, di kedai kopi 'Kopi Pai', Jl Juanda 8, Rawalaut, Enggal Bandarlampung, Sabtu petang (15/2/2020). | @retorikasampah
Suasana pertemuan perdana gerakan sosial Retorika Sampah, di kedai kopi 'Kopi Pai', Jl Juanda 8, Rawalaut, Enggal Bandarlampung, Sabtu petang (15/2/2020). | @retorikasampah

Bandar Lampang, KejarFakta.co  -- Pertemuan perdana gerakan sosial 42 komunitas-lembaga lintas profesi lintas generasi tergabung gerakan Retorika Sampah, inisiasi aktivis lingkungan yang juga jurnalis foto kantor berita Perancis di Indonesia, Agence France-Presse (AFP) Ferdy Awed, Sabtu (15/2/2020), mangkus.

Berangkat dari kesamaan passion, umpan terobosan tajuk kegiatan yang beredar luas di sejumlah platform jejaring media sosial, gelombang keprihatinan, serta kepedulian terhadap fakta miris pencemaran lingkungan wilayah pesisir Teluk Lampung terutama di Kota Bandarlampung, seratusan peserta itu berkonsolidasi erat di kedai kopi bergaya sreet art, Kopi Pai, Jl Juanda 8, Rawalaut, Kecamatan Enggal, Bandarlampung.

Satu hati, mereka kompak menyatakan siap untuk saling berkolaborasi dan bersinergi, menemukenali dan memetakan daftar isian masalah, sekaligus mengeksekusi rencana program nyata aksi penanggulangan sampah kawasan pesisir Kota Tapis Berseri.

Sang inisiator, Ferdy Awed yang bernama asli Perdiansyah ini memantik diskusi dengan memandu forum membedah komitmen bersama hadirin pimpinan komunitas yang tampak membaur dan rerata sebelumnya tak saling kenal --dua pertiganya publik milenial, dan akhirnya pun bersepakat saling melebur.

Pantauan Kejarfakta.co sepanjang acara, mereka kontan merumuskan program kerja, turunan dari hasil pengancahan isu strategis pertemuan. Tak ada ego komunitas di sana. Diliputi hasrat kolaboratif to do something, forum membentuk divisi pengampu program kerja dengan pembagian tugas sederhana, fokus ke sasaran tanpa tedeng aling-aling.

Divisi itu meliputi, divisi aksi yang dikoordinir komunitas grafiti Lampung Street Art/LSA, divisi edukasi dipimpin founder Ikatan Muli Mekhanai Kota Bandarlampung/Imkobal Indra Pradnya dan Ketua Seniman Lampung Peduli/SELPI dr Aldo Aprizo, divisi eksekusi, serta divisi publikasi dan informasi dipimpin jurnalis MetroTV Lampung, Imam Setiawan.

Ditingkahi riuh rendah keriangan dan canda tawa, masing-masing pun bergegas berbagi tugas, merumuskan penyusunan agenda kegiatan program berdasarkan masukan hasil diskusi.

Beberapa poin kesimpulan pertemuan itu diantaranya sepakat tetap menggunakan Retorika Sampah sebagai identitas gerakan, kebutuhan akan pengarusutamaan kesatuan gerak sosialisasi dan publikasi agenda di media massa dan media sosial, penyusunan timeline berikut komposisi struktur penanggung jawab program kerja.

Menariknya, terkait target sasaran program, gerakan ini juga tak luput menyasar segmen sampah rumah tangga, dengan menghunus sejurus solusi permasalahan di tingkat hulu dengan rencana pelibatan aktif warga di tiap jejak agenda penanggulangan nantinya.

Saat sesi diskusi, ketua SELPI dr Aldo Aprizo misal, menyatakan semua komunitas hadir tentu punya program masing-masing yang sudah bagus. "Sekarang ini tinggal bergerak, kita tentukan koordinatornya. Kami seniman, juga relawan kesehatan, dan kebetulan saya sendiri seorang dokter, kami siap," ujarnya.

Stefani, pelajar SMA, lantang mengingatkan pentingnya isu lestari zero waste, kampanye kurangi penggunaan plastik kemasan dan gerakan anti sampah plastik.

Lalu, founder Ikatan Imkobal Indra Pradnya menekankan, seluruh komunitas yang hadir adalah kekuatan. Sekecil apapun kontribusi, langsung dapat dicurahkan dalam gerakan Retorika Sampah. "Sesuai bidang masing-masing," lugas Indra, yang dikenal seorang MC handal, selain narablog traveling itu.

"Saya siap kerahkan model Imkobal untuk talent foto. Misal nanti teman Muli (model perempuan, red) berfoto ironik, mengambi latar pantai kumuh dan penuh sampah, untuk edukasi kepada masyarakat," Indra disahuti aplaus hadirin.

Usai salah satu peserta bicara pentingnya gerakan ini juga memfokusi isu pentingnya gerakan mendaur ulang sampah, peserta lain menyinggung sejauh mana penerapan Perda Kota Bandarlampung Nomor 6/2015 tentang Pengelolaan Sampah, terutama dalam hal peningkatan kesadaran warga masyarakat termasuk penduduk kawasan pesisir akan budaya sadar sampah.

Seorang lainnya, dari Almisbat Lampung memberi masukan soal kebutuhan kesatuan gerak program aksi, pendidikan, dan bacaan dalam lingkup gerakan ini. "Poin saya, dalam melakukan penyadaran harus didukung upaya literasi," kata dia mengusulkan.

Ke depan, dari simpulan tiga divisi, program gerakan Retorika Sampah ini akan menyasar banyak target capaian. Seperti diungkapkan jurnalis Imam Setiawan, dalam amatannya sejauh ini baru Retorika Sampah ini yang berhasil menghimpun satu kekuatan besar terkait kepedulian sosial akan sampah di Bandarlampung khususnya.

Ferdy, pada pengantar juga rilisnya menyebut gerakan Retorika Sampah merupakan suatu interpretasi gerakan kepedulian persoalan sampah kawasan pesisir Lampung yang karut marut, menumpuk tak terurus, dan tersingkirkan.

Alumnus S1 Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung (FISIP Unila) angkatan 2001 itu juga menaut kedalaman makna dari "Berbaur, Berdaur", dua kata tajuk unik gerakan.

"Slogan Berbaur, Berdaur sekaligus wujud upaya gerakan ini untuk bisa bersinergi dengan rekan-rekan lain," ujarnya seraya menambahkan pointers perwujudan visual dan motorik dari diskusi pertemuan itu.

Yakni, Berbaur, bahwa gerakan ini terbuka untuk siapa saja (dari latar belakang apapun) yang konsen terhadap masalah sampah/sanitasi/pesisir/lingkungan dan turunannya, untuk bisa berkolaborasi dan menuangkan ide serta opininya di Retorika Sampah.

"Berdaur. Realisasi dari #pertemuanpertama Berbaur sebelumnya soal agenda kegiatan yang telah disepakati, untuk membangun awareness (kesadaran, red) terkait permasalahan yang dibahas, sesuai dengan ketertarikan, atau minat, atau passion-nya," kata dia.

Kesempatan itu, tak ada konferensi pers hingga acara berakhir. Kendati demikian, pantauan sepanjang jalannya acara cukup menjelaskan keinginan, kemauan, dan gelora kepedulian mayoritas genre milenial warga komunitas tergabung, untuk terlibat serius sebagai partisipan aktif dalam gerakan sosial penanggulangan sampah di kawasan pesisir Bandarlampung. (red/Muzzamil)

Tag : #Bandar Lampung #Lampung